ANGIN DI BULAN RAMADHAN

oleh : Wiarsih Asikin


      SUAMI mana yang tidak kaget, setelah mengetahui isterinya yang kalau jelang lebaran selalu minta ini itu dan mau yang begini ples yang begitu, setelah pulang shoping hanya membeli pakaian baru untuk sang suami dan anak mereka yang berusi delapan tahun.
      Padahal, Mardi ingat betul jika uang THR yang diserahkan ke isterinya tak dia sunat. Sebab, diserahkan utuh dalam amplop yang sejak dia terima saat di kantor sama sekali tak terbersitpun niat untuk membuka, baik untuk menghitung apakah jumlahnya cocok dan apakah uang sejumlah sepuluh juta terdiri dari ratusa ribu semua atau campur dengan lima puluh ribuan.
     " Kayaknya ayah mendadak bingung deh. Kenapa ?" Tanya Midah yang memanggil ayah ke sang suami yang bernama Mardi
     Mardi yang sebenarnya gak cuma kaget tapi juga bingung, sebenarnya tidak berharap sang isteri mempertanyakan sikapnya yang juga heran karena sang isteri tidak membeli barang yang biasanya sangat dia butuhkan untuk dipakai di hari lebaran
     "Yaa jelas bingung, dong, bu. Sebab, ayah melihat sesuatu yang sangat tidak lazim," akhirnya Mardi menjawab pertanyaan Midah
     "Maksud ayah?" Midah malah kembali bertanya, meski dia tahu kalau suaminya pasti heran karena dirinya hanya membeli kebutuhan untuk sang suami dan anaknya
     "Begini lhoo, bu," ujar Mardi yang lantas mengaku dirinya memang kaget dan bingung setelah mengetahui sang isteri tidak membawa pulang kebutuhan untuk lebaran kecuali untuk sang anak dan suami tercinta.
     "Biasanya, belum terima THR saja, kamu sudah kayak nenek nenek kehabisan sirih. Dan, begitu terima THR, kamu sanggup seharian berada di pusat perbelanjaan, karena harus mendapatkan barang yang kamu inginkan. Sedangkan hari ini....." Mardi tak melanjutkan kalimatnya
      " Memangnya hari ini ada yang aneh. Ayah...ayah... kemarin, kan hari Minggu, jadi sekarang jelas, sudah hari Senin dan tinggal beberapa hari lagi kita berlebaran," ungkap Midah, yang masih belum ingin menyampaikan alasan, mengapa dirinya tidak memborong benda benda kesukaannya.
      Mardi menatap sang isteri dengan pandangan yang tentu saja penuh selidik.
      " Memang uang THRnya tidak cukup yaa, bu ?" Tanya Mardi
      Midah bukan menjawab malah tersenyum.
      "Pertanyaan ayah barusan, sangat serius lhoo bu," ungkap Mardi
      Midah kembali mengurai senyum. Sangat manis. Sejenak kemudian, dengan sikap manis dia bersuara
      " Ayah... tadinya Saya mengira ayah tidak bingung. Kalau ternyata ayah bingung, yaa ayah nggak salah
Sebab, yang ayah lihat hari ini adalah sebuah perubahan. Artinya, angin ramadhan yang selama ini bertiup siang dan malam, sepertinya hanya menghembuskan kesadaran ke dalam diri saya. Alhamdulillah, seringnya saya mendengar ceramah di mesjid saat taraweh berjamaah, saya merasa banyak salah dan jika hembusan angin ramadhan kemudian menyadarkan saya, berarti saya merasa dapat berkah dan anugera," terang Midah.
     " Maksud ibu?" Tanya Mardi yang belum sepenuhnya mengerti
     " Begini, lho..." ujar Midah
     " Lewat puasa, Midah jadi sadar kalau di ujungnya ada Lebaran. Tapi, di hari raya Idul Fitri, bukan berarti harus foya foya tidak keruan. Justeru, saat Lebaran  kita sudah harus mulai membangun kepedulian sosial, mengubah prilaku dan bertekad untuk meningkatkan kualitas keimanan, agar perjalanan hidup kita untuk bertaqwa kepada Allah Subhanallah Taala, tidak terhenti atau malah mogok karena langkah kita dalam bertaqwa tidak benar.
      Jadi, Midah kepingin memperbaiki dengan sungguh sungguh. Kayaknya, tiupan angin ramadhan yang serasa menyegarkan dan menyadarkan diri Midah, sudah mendorong Midah untuk menjadi seorang wanita dan isteri yang baik. Midah belum berani menyebut diri Midah jadi wanita sholehah. Cuma, setelah Ramadhan, Midah ingin berusaha dengan ikhlas, agar langkah ke depan hanya menjurus ke arah taqwa. Nah, Midah mulai belajar mengendalikan hawa nafsu dengan mulai belajar menerapkan arti zuhud terhadap dunia. Makanya, Midah mulai berani mengabaikan kepentingan Midah yang baru sebatas pakaian baru untuk lebaran.
      Terlebih, pakaian Midah yang masih bagus dan layak pakai masih banyak, kok. Untuk itu, yang separuh sudah Midah sumbangkan, dan dana untuk membeli kebutuhan pribadi Midah, sudah Midah shadakahkan ke orang orang yang menurut Midah sangat membutuhkan.
      Ayah nggak marah, kan, jika kali ini Midah tidak membeli baju baru untuk lebaran dan uangnya malah Midah sedekahkan? Yaa, tidak semuanya sih yang Midah sedekahkan untuk orang lain. Sebab, setengahnya Midah sisakan untuk membantu saudara Midah dan juga saudara ayah yang membutuhkan"
      Mardi seperti tak percaya. Namun, yang didengar dari uraian yang baru saja disampaikan oleh Midah, adalah sebuah fakta yang boleh jadi aneh dan sulit dipercaya. Hanya, bagaimana mungkin Mardi berbalik jadi tak percaya, bila hal itu baru saja disampaikan oleh Midah yang senyumnya sangat sumringah dan setelahnya, Midah masuk ke kamar dan tak lama ia kembali dengan mengenakan busana muslim yang begitu indah.
      " Ayah... tolong doakan, karena mulai hari ini Midah dengan ikhlas akan mulai menutup aurat dan berusaha beribadah dengan baik, semampu yang Midah tahu dan bisa sembari terus belajar memperdalam ilmu agama," ujar Midah
     Mardi tak bisa bilang apa apa lagi. Yang hanya bisa dilakukan Mardi hanya langsung bersujud ke lantai. Sambil sesenggukan Mardi bersyukur pada Allah, karena angin ramadhan telah menghembuskan angin kesadaran pada isterinya. Dalam kesempatan bersujud, Mardi pun memohon agar ALlah senantiasa membimbing dirinya agar bisa menjadi Imam yang baik, karena benar dalam mengayuh biduk rumah tangga bersama Midah.
      

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "ANGIN DI BULAN RAMADHAN"

Post a Comment