BAHAGIA DUNIA DAN AKHIRAT

        JIKA saya membuat survey dengan cukup satu pertanyaan yang bunyinya seperti ini : apakah ada hamba Allah yang semasa hidup - jika kelak wafat, kepingin menjadi penghuni selain surga? Maaf, ini bukan keyakinan berlebihan. Tapi saya sangat yakin, setiap yang ditanya pasti akan menjawab seperti ini :      " Kelak, jika wafat saya hanya ingin menjadi penghuni surga"
       Saya yakin, tak seorang pun yang kepingin menjadi penghuni selain penghuni surga. Kenapa? Karena tak ada seorang pun yang berani menjadi penghuni neraka. Orang yang katanya punya ilmu kesaktian setinggi apapun, pasti hanya kepingin kembali ke surga.
         Bahkan, preman paling tangguh sekalipun, keinginannya sama, menjadi penghuni surga. Begitu pun dengan para koruptor yang telah mengantongi uang rakyat untuk kepentingan pribadi dan keluarganya tanpa izin, pasti emoh jika menjadi penghuni neraka.
            Lalu, kenapa jika kepingin masuk dan jadi penghuni surga, di keseharian malah terus menerus mengayun langkah menuju neraka?
            Aneh, kan?
            Manusia, memang sumber keanehan. 
            Lihat saja anak sekolah, yang rata rata kepingin naik kelas, eh, malah lebih banyak yang malah gemar main dan sama sekali tidak gemar belajar. Akankah murid yang malas belajar bakal naik kelas? Kayaknya, kalau dalam hal ini, bisa naik kelas dan bisa tidak.
      Mestinya, pasti tidak akan naik kelas. Tapi, karena kehidupan dunia melalaikan, si anak malas yang mestinya tidak naik kelas malah bisa naik kelas. Pasalnya, jika orangtuanya berduit dan siap menyogok dan gurunya pun bisa disogok, bukan hal aneh jika si anak tersebut bisa naik kelas. 
        Lain halnya jika sang guru,kebal godaan dan selalu membangun amal ma'ruf nahi munkar. Sebab, disogok berapa pun malah akan mengatakan, sebaiknya bapak cari sekolah lain yang cocok untuk sekolah anak bapak karena dia bodoh akibat malas belajar.
            Yang saya jelaskan di atas, sebenarnya hanya salah satu contoh, tentang manusia yang lebih suka dan pandai mengatakan tapi malas dan atau tak mau melaksanakan. Tak heran jika begitu mudah mengatakan ingin menjadi penghuni surga. Nyatanya, ayunan langkahnya justeru bukan diarahkan ke surga, melainkan ke tempat yang bukan bernama surga alias jauh dari surga.
            Tanda tandanya sedemikian jelas.
            Lihat saja peristiwa kejahatan, jumlahnya bertambah banyak. Mulai dari perampokan, penodongan, pemerkosaan, pencurian, penipuan dan korupsi pun semakin membudaya. Tak hanya perbuatan yang merugikan orang lain yang bertambah banyak. 
         Perbuatan yang merugikan diri sendiri pun makin terus meningkat. Lihat saja, misalnya, tempat hiburan malam dimana bar, diskotik, pub, dan sejenisnya, yang di sana tak cuma ada minuman keras tapi juga tersedia yang plus plus, pertumbuhannya malah seperti jamur di musim hujan.
          Memang, pengunjung yang setiap malam memenuhi tempat hiburan di mana merasa bebas bermabuk mabukan dan nge-plus, tidak merugikan orang lain. Sebab, tidak mengambil harta orang lain tapi justeru menikmatinya dengan uang sendiri. 
            Dampaknya, tidak merugikan orang lain tapi merugikan diri sendiri. 
            Bukankah berfoya foya dengan bermabuk mabukan sambil ber-plus plus termasuk perbuatan nahi munkar yang seharusnya terhindar tapi malah senaja menebar.
       Kalau dikaitkan dengan keinginan setiap hamba yang pasti ingin jadi penghuni surga, bukan saja tak serasi dan tak berimbang. Tapi, antara kata dan perbuatan sudah sangat tidak sesuai
     Jika kenyataannya sudah seperti itu, mungkinkah bisa menikmati kebahagiaan dunia dan akhirat?
        Yang jelas, mereka yang bisa menikmati kebahagiaan dunia akhirat, bukan terdiri dari para hamba Allah yang memanfaatkan usia hidupnya untuk nahi munkar. Kebahagiaan dunia dan akhirat hanya bisa dinikmati oleh siapapun hamba Allah, yang ikhlas menegakkan amar ma'ruf. 
           Hamba Allah yang dimaksud adalah mereka yang jika diberi rezeki (halal) dibunakan untuk berfoya foya di jalan ALLAH. Jadi, bukan digunakan untuk bermabuk mabukan, kencan dengan wanita atau pria yang bukan muhrim, dan sejenisnya. Tapi digunakan untuk menolong saudaranya yang miskin, membantu anak anak miskin, memperhatikan kaum dhuafa, dan ladang amal lainnya.
               Begitu pun cara mendapatkan hartanya. Bukan dari hasil merampok milik orang lain, mencuri, menjambret, menipu atau mengkorupsi uang rakyat  Tapi diperoleh dengan jalan yang baik, sehingga uang yang dihasilkan kehalalannya terjamin. Dan makin halal jika semua uang  yang dihasilkan, langsung diinfakkan, minimal dua setengah prosen. Maksimal, tanpa batas, tergantung minat dan tingkat keinginannya berfoya foya di jalan ALLAH
               Untuk hamba yang perkataan dan perbuatannya sesuai,selaras, serasi dan seimbang, selain tak pernah takut beramal dalam jumlah yang besar, juga tidak pernah merasa takut bakalan jatuh miskin. Malah, uangnya memang dialokasikan untuk kepentingan itu. Sebab, sangat paham bahwa yang dikeluarkan sebenarnya tidak habis karena amaliahnya tercatat sebagai bekal untuk menghadap Allah, karena dengan sadar dan ikhlas digunakan untuk berfoya foya dalam bentuk sedekah, infak dan yang setara dengan keduanya.
                Jelas banget, kan, bedanya? Jadi, sangat tidak mungkin jika seorang hamba yang hartanya habis digunakan berfoya foya untuk membeli kenikmatan duniawi, dengan seoang hamba yang juga habis hartanya tapi digunakan untuk membeli kenikmatan akhirat?
                Selain beda dengan cara menghabiskan, sudah pasti beda dengan cara mendapatkan. Biasanya, uang yang digunakan untuk membeli kemaksiatan diperolehnya dengan cara yang tidak halal. Sedangkan yang digunakan untuk membeli kemaslahatan, diperoleh dengan cara yang halal.
                 Jadi, dari haram biasanya digunakan untuk kepentingan yang nilainya haram, sedangkan dari yang halal biasaya teralokasi ke berbagai langkah adn perbuatan yang juga halal.
             Dari hal yang diuraikan dengan sangat sederhana, siapapun sudah bisa menyimpulkan, mana jalan dan langkah yang menuju ke surga dan mana jalan dan langkah yang membawa kita ke tempat yang sangat beda dengan surga. Jadi, mari kita gapai kebahagiaan dunia dan akhirat dengan cara yang benar. Dan jika ada yang ingin jadi penghuni surga tapi langkahnya tidak di bawa ke arah surga, maka siapakah yang akan benar benar menikmati bahagia dunia dan akhirat dan siapa pula yang akhirnya nyasar serta menjauh dari surga?
               Semoga tulisan yang terurai dengan sangat sederhana ini, bisa dijadikan renungan oleh penulis , syukur jika dijadikan hal yang sama (renungan) oleh para sobat.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "BAHAGIA DUNIA DAN AKHIRAT"

Post a Comment