MENCAPAI HARI KEKALAHAN

oleh : Wiarsih Asikin


      KAYAKNYA, bikin tulisan dengan judul Mencapai Hari Kekalahan, aneh deh. Terlebih, yang masih terasa dan seperti tak hilang adalah suasana  Iedul Fitri 1434 Hijriah. Suasana yang diingat dan disebut siapa pun sebagai suasana yang penuh dengan keindahan dan membahagiakan, karena yang terasa dan nampak di pelupuk mata adalah Iedul Fitri atau hari kemenangan. 
       Hari di mana setiap hamba ALLAH yang mengaku beriman, setelah melaksanakan ibadah puasa bulan Ramadhan, menempatkannya sebagai hari kemenangan. Hari di mana jiwa, langkah, perspektif  pemikiran dan prilaku, benar benar berubah. Dari lapuk kembali jadi kemilau, dari buruk menjadi baik, dari lemah jadi kuat, dari pelit berubah jadi dermawan, dan dari cuwek bebek menjadi peduliiiii banget dengan lingkungan dan dengan nasib saudara kita yang belum bisa ke luar dari jerat kemiskinan.
      Lantas, kenapa malah menulis dengan judul Mencapai Hari Kekalahan?
      Alasan pertama, tentu saja ada. Sebab, tiap ada siang, kan pasti ada malam. Nah, jika ada kemenangan tentu saja ada kekalahan. Buktinya, setelah ditekuk Arsenal dan dijebol Livervool, Indonesia berhasil mempecundangi Philipina dan berhasil membekuk Brunei Darussalam. Jadi, setelah menelan kekalahan pada akhirnya, Indonesia, bisa juga menikmati kemenangan dan menangnya, juga dalam suasana Iedul Fitri.
     Alasan kedua, bukankah kehidupan itu sendiri selalu berdimensi dua sisi?
     Nggak mungkin, kan, kalau ada kiri tapi nggak ada kanan. Jadi, jika tahu ada atas pasti paham bersamaan dengan itu pasti ada bawah. Ada depan yaa pasti ada belakang. Dan berkait dengan ada kemenangan, dapat dipastikan, di baliknya juga ada kekalahan.
      Memang, pihak yang mengalami kekalahan adalah mereka yang merugi. Sebab, di hari yang fitri, mestinya yaa cuma menikmati hari kemenangan. Cuma, faktanya justeru tak sedikit yang memilih untuk menikmati hari kekalahan, mesti baru saja melewati bulan Ramadhan, bulan Suci penuh ampunan yang di dalamnya berlimpah berkah dan bagi hamba yang beriman, bisa memetik berkah dengan cara melaksanakan ibadah dengan benar, ikhlas dan selalu berusaha mengubah prilaku dengan meninggalkan yang buruk dan lebih semangat mengejar yang baik.
      Jadi, bagi penerima gratifikasi yang di suasana Idul Fitri malah dicokok KPK, berarti sudah memiliki persepsi tersendiri untuk Mencapai Hari Kekalahan, karena meski sadar baru saja menikmati Ramadhan namun juga lebih dari sadar kalau uang berjumlah ratusan ribu dollar yang kalau dikonversi ke rupiah menjelma jadi milyaran, sangat penuh dengan kemilau dan dari aspek jumlah yang begitu banyak tentu saja teramat menjanjikan.Bikin ngiler siapa saja yang terlanjur terpesona pada dunia dan lemah iman.
     Jika tidak terllibat kasus gratifikasi , nggak mungkin dong Rudi Rubiandini dicokok KPK dan di hari kemenangan kepala SKK Migas malah menikmati derita akibat langkahnya di arahkan untuk Mencapai Hari Kekalahan?
     Mudah mudahan, kita tak terjebak oleh keinginan untuk mendapatkan uang ratusan ribu dollar yang jumlahnya memang sangat banyak dan bisa dibelikan barang barang mewah, namun karena cara mendapatkannya keliru (menyalah-gunakan kekuasaan), yang kemudian dinikmati bukan berkah. Tapi malapetaka yang membuahkan duka nestapa. Sebab, nama baik tercemar dan kredebilitas pribadi tak lagi semerbak harum wangi bunga. Tapi, langsung berubah menjadi bau bangkai kecoa. Kalau sudah begitu?
       Iiiiiih, malu deeeeeeeeeeh.
        
    
   
   
       

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "MENCAPAI HARI KEKALAHAN"

Post a Comment