SAYANG ANAK (SATU)

oleh : Wiarsih Asikin

KEHADIRAN seorang anak - buah hati, tentu saja sangat didambakan oleh setiap pasangan suami isteri yang telah mengikat diri dalam ikatan sakral, pernikahan. Banyak definisi yang dikemukakan sehingga setiap pasangan punya alasan masing masing, mengapa ingin selekasnya dikaruniai seorang putra atau putri. Jadi, tak heran jika ada yang sampai mengatakan, agar mertua yang sudah sangat kepingin cucu jadi lebih sayang dan peduli, karena jika tanpa anak, bisa saja membujuk anak lelakinya untuk menikahi perempuan lain saat putranya yang sudah beristeri, tidak juga mendapatkan momongan
Juga ada yang mengemukakan alasan, setelah mendapat anak sang suami akan lebih memperlihatkan perhatian dan tanggung jawab yang lebih. Misalnya,jika biasanya selalu pulang telat padahal jam kerjanya sudah usai, dengan adanya anak bisa membuatnya malah kepingin segera tiba di rumah, agar bisa bermain, menimang nimang, membelai dan mencurahkan semua waktu bersama di kecil.
Bukan berarti kehadiran seorang anak sudah langsung bisa membebaskan suami isteri dari persoalan. Malah, kehadiran anak yang sangat dirindukan, sekaligus menjadi beban. Bagi wanita yang sudah mampu mengapresiasi bahwa beban itu indah, tentu saja memiliki kemampuan untuk menanggulanginya. Sebab, dirinya menyadari, bahwa sebagai ibu dirinya tak hanya harus mengasuh- mulai dari memberi ASI sampai ke ikhlas begadang, jika buah hatinya sakit. Mulai dari memakaikan pakaian sampai mencuci setiap pakaian anaknya yang kotor - baik karena ngompol atau pub, atau basah ketika diberi minum digelas padahal, baru saja mandi dan ganti baju.
Pendeknya, wanita yang memang sudah siap menjadi ibu, kehadiran anak yang didambakan adalah berkah dan membuat dirinya makin bahagia, karena di saat itulah dia bisa memperlihatkan perannya, mengasuh, merawat, mendidik, dan menyayangi buah hatinya, dari mulai bangun tidur sampai akhirnya kembali ke peraduan.
Jelas beda, dengan wanita yang meski sudah menikah tapi tak memahami bahwa ketika mendapatkan buah hati, dirinya sudah benar benar berubah menjadi ibu. Meski hati kecilnya menerima dan menikmati dengan hepi, namun dalam urusan lain, mengasuh misalnya, justeru membuat dirinya merasa mendapat beban berat dan akhirnya dirinya sering mengeluh, karena kehadiran anak yang katanya didambakan, langsung atau tidak langsung, membuat dirinya merasa terkungkung.
Dia merasa kebebasannya hilang, sehingga kebiasaannya ngerumpi dengan komunitas rumpinya tak bisa lagi dinikmati. Begitu pun kebiasaannya ngayap, saat suami bekerja di kantor, serasa terhalang. Sebab, waktunya hanya habis untuk hal yang dianggapnya sebagai beban. Sedangkan sebagai wanita yang terbiasa menghabiskan waktunya untuk kepuasan pribadi, jadi terabaikan.
Untuk wanita seperti ini, tentu saja lebih berkeinginan mencari solusi yang hanya cenderung menguntungkan dirinya. Artinya, malah berusaha agar urusan tetek bengek yang hanya habis untuk mengurus bayi, dialihkan ke pihak lain. Bisa ke pembatu juga bisa ke orangtuanya atau ke mertuanya. Bukankah pembantu bersedia mengurus karena mendapat bayaran berupa gaji. Pun nenek si bayi, dianggap tepat untuk mengurus putra atau putrinya, karena kebanyakan nenek si anak - baik dari ibu maupun ayahnya, tak keberatan untuk mengurusnya.
Sesungguhnya, tak masalah. Apalagi jika itu menimpa seorang ibu yang kebetulan sudah bekerja di sebuah tempat, yang menganggap gajinya lumayan dan dirinya tak mau kehilangan sumber penghasilan, karena dengan tetap bekerja, beban keuangan rumah tangganya jadi lebih ringan. Karena kondisi seperti itu, tak sedikit ibu yang berstatus sebagai wanita karir, rela selama seharian berjauhan dengan anaknya karena terlanjur merasa enjoi jika tetap dekat dengan pekerjaan meski untuk itu harus meninggalkan rumah.
Tapi, mengapa wanita yang sudah jadi ibu dan bukan wanita karir, juga banyak yang ingin seperti wanita karir, sehingga lebih rela membayar atau menggaji asisten rumah tangga untuk mengurus anaknya?
Apakah pertanda mereka tak sayang anak?


Bersambung...........

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "SAYANG ANAK (SATU)"

Post a Comment