JANGAN BILANG AKU TAK MENCINTAIMU (1)

oleh : Wiarsih Asikin

SATU


          " Siapa kamu ?" Tanya gadis cantik putri pemilik rumah yang baru saja membuka pintu pagar rumahnya sambil memandang penuh selidik.
         " Saya Yudha, non. Lengkapnya, Bambang Yudha Atmadja," jawab pria muda sekitar dua puluh tiga tahun, yang tangannya memegang sebuah koran harian edisi terbaru.
         Cewek cantik yang mau tak mau mengakui kalau tamunya berwajah ganteng, tetap mempertahankan penampilannya yang berkesan. Tampak benar jika si gadis cantik bernama Mentari   sangat berhati hati menghadapi orang yang sebelumnya tak pernah dikenalnya. Terlebih, pagi pagi sudah datang ke rumahnya dan seingatnya, baik dirinya maupun mamanya tak punya jadwal menerima tamu di saat seperti ini.
         " Mau apa kamu datang ke rumah orang sepagi ini?" Kata Tari, dengan sikap tetap penuh selidik, dan kayaknya Tari pun bersiap siap melakukan sesuatu jika tamunya berniat tidak baik
         "Saya datang karena ingin melamar pekerjaan, non ?" jawab Yudha, yang sama sekali tak merasa tersinggung melihat sikap Tari yang kelihatannya sangat berhati hati.
         " Melamar pekerjaan? Kamu kira rumah bokap gue nih kantor apa?" Kata Tari, yang tidak berani marah, karena yang baru saja dikatakan cowok ganteng malah membuatnya agak bingung.
         Tari baru tahu kalau kunjungan si cowok ganteng memang ingin melamar pekerjaan, setelah koran yang sejak tadi dipegangnya, diserahkan ke Mentari dan si cowok ganteng menjelaskan kalau ia datang melamar berdasarkan iklan di harian pagi, yang membuka lowongan pekerjaan untuk sopir
         " Alamatnya benar? Mamakah yang beriklan di surat kabar," batin Tari yang usai membaca iklan di koran yang kini ada di tangannya, lantas menatap si cowok dari mulai kaki sampai ke ujung rambut
         Untungnya, Yudha, tak merasa tersinggung. Ia malah membiarkan Tari memandang dirinya dengan bebas, meski tatapan matanya tidak well come karena penuh dengan upaya menyelidik dan menyidik
         " Kamu, ganteng begini mau melamar jadi sopir," kata Tari, yang entah sadar atau tidak, malah mengatakan apa yang dilihatnya dengan jujur
         "Lhooo... kenapa nona.......... "
         "Tari... Panggil saya Tari meski nama saya Mentari" Tukas Tari, yang melihat Yudha kagok, bergegas menyebut namanya, meski tanpa menyodorkan tangannya
         "Apa non Tari pikir saya tak pantas jadi sopir? Menurut hemat saya, itu sangat keliru, non. Saya justeru tak pantas bekerja di kantor, karena tidak pernah makan bangku sekolahan," kata Yudha
         "Saya juga nggak pernah makan bangku sekolahan. Sebab, saya disekolahkan oleh orangtua bukan untuk makan bangku sekolahan. Tapi, untuk menuntut ilmu," potong Tari, tanpa bermaksud becanda.
        "Yaa.. maksud saya, yaa seperti yang non Tari simpulkan. Saya hanya disekolahkan sampai SMP Setelahnya, tidak pernah menuntut ilmu di tingkat SMU apalagi perguruan tinggi. Jadi, berpeluang jadi sopir saja, kayaknya sudah merasa dapat berkah"
       " Hmmm... kok gue nggak yakin yaa sekolah lo cuma sampai SMP," Tari tak mau berbasa basi
       "Waaah... syukur jika non Tari tidak yakin. Cuma, saya justeru yakin hanya lulusan SMP dan untuk itu hanya berani melamar jadi sopir. Itu pun kalau diterima. Jika dianggap tidak cakap, saya akan cari lowongan sejenis di tempat lain"
       " Hei bung... sekarang, lebih baik kamu masuk ke dalam, silahkan temui mama dan ajukan langsung lamaran anda ke mama. Saya harus segera berangkat kerja, tauuu," Kata Tari dengan ketus dan ia pun berbalik untuk ke dalam rumah.
       Tanpa ragu, Yudha yang paham kalau yang dikatakan Tari pertanda ia boleh masuk, diapun mengikuti langkah Tari untuk menemui mamanya Mentari yang layak dianggap sebagai calon majikannya.

 
 Bersambung.............





Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "JANGAN BILANG AKU TAK MENCINTAIMU (1)"

Post a Comment