SELAMAT DATANG RAMADHAN

oleh : WIARSIH ASIKIN




        KALAULAH SANG KHALIK. Allah Subhanallah Ta'ala berkenan dan berkehendak untuk mengijinkan kita sampai ke Ramadhan dan berlanjut ke Iedul Fitri, alangkah nikmatnya. Jelas patut tetap dan terus bersyukur, karena izin ALLAH yang membawa kita ke Ramadhan, dapat kita jadikan sebagai dasar untuk memanfaatkan bulan suci, sebagai bulan untuk lebih meningkatkan kualitas ibadah.Meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan dan membangun akhlakul karimah
       Jika sebelumnya tak intens melaksanakan  puasa sunah di Senin dan Kamis karena berbagai alasan, maka di Ramadhan kita mewajibkan diri untuk berpuasa. Untuk memenuhi seruan SANG MAHA PENCIPTA ALAM SEMESTA, yang berfirman dalam Surah Al Baqarah ayat 183, yang artinya  HAI ORANG ORANG YANG BERIMAN, KAMU DIWAJIBKAN BERPUASA SEBAGAIMANA DIWAJIBKAN KEPADA ORANG ORANG SEBELUM KAMU, AGAR KAMU BERTAQWA. 
       Puasa yang diterapkan bukan puasa yang sebatas menahan lapar dan dahaga. Tapi puasa, yang membawa setiap hamba malah tertarik untuk menahan segala geliat hawa nafsu. Sehingga, di saat haus dan lapar, mata tak berkeinginan melihat hal apapun yang tak berhak dan tak patut dilihat, telinga tak berkeingi nan mendengar suara suara yang tak patut didengar, mulut tak mengucap sesuatu yang sama sekali tak pantas untuk diucapkan, kaki tak melangkah ke tempat tempat yang membuat hawa nafsu sulit dibendung sehingga akhirnya malah bermaksiat.
      Tangan pun, tentu saja selalu terjaga agar tak bergerak untuk melakukan sesuatu yang tidak dibolehkan, kecuali melakukan hal yang diperkenankan, yaitu, bersedekah, menolong siapa saja yang perlu ditolong
      Puasa menahan geliat panca indra yang penuh nafsu membara, memang jauh lebih berat dibanding sebatas menahan lapar dan dahaga. Bila setiap individu muslim yang beriman sekaligus mampu mempuasakan panca indra yang di dalamnya penuh dengan keinginan liar, maka puasa akan menghasilkan perubahan prilaku dari tidak baik menjadi baik dan dari baik menjadi jauh lebih baik.
      Sesungguhnya, puasa adalah sarana dan prasarana untuk membangun dan meningkatkan akhlak, sehingga setiap individu yang berpuasa di bulan suci Ramadhan, tak hanya merasa mampu mencusikan hati. Tapi, juga mampu menyucikan tingkah laku. Sehingga, jika seorang pegawai negeri berpuasa, maka yang kemudian tumbuh adalah keinginan berbuat baik. Bukan sebaliknya. Dengan begitu, merasa malu pada diri sendiri dan pada Sang Maha Pencipta, jika terlambat masuk kantor. Terlebih, bila melakukan korupsi, yang memang diketahui adalah mengambil uang negara - uang rakyat, yang bukan haknya.
      Juga tak akan memprovokasi orang lain untuk ikut bermalas malasan dalam melaksanakan tugas. Tidak memanfaatkan jam kerja untuk berleha leha atau ngobrol ngalor ngidul, sehingga tugas menyelesaikan pekerjaan diabaikan. Dan jika setiap pegawai negeri yang berpuasa benar benar berpuasa dan hasilnya tercipta akhlakul karimah yang menjiwa, maka, yang kemudian tercipta adalah kinerja yang satu sama lain saling bersinergi. Hasilnya, prestasi tertinggi yang mampu mensejahterakan rakyat
      Dan selain pegawai negeri, tentu saja dalam hal berpuasa tak berbeda.
      Siapapun hamba Allah yang merasa beriman - dalam ucap maupun perbuatan, yang kemudian tercipta setelah sebulan lamanya berpuasa, adalah akhlakul karimah yang menjiwa. Manakala hal ini melekat di setiap individu muslim dan muslimah, maka sungguh menggembirakan. Karena akhlakul karimah yang menjiwa dan membahana, membuat semua orang bahagia, karena tak ada lagi iri, hilang benci, musnah hasrat ngerumpi, gugur keinginan berbuat curang - korupsi. dan pendeknya, segala akhlak tercela tak lagi bermunculan.
     Andai saja kita bisa mewujudkan puasa sebagai sarana untuk membangun akhlak yang terbaik, boleh jadi, tangan setiap muslim hanya bergerak untuk menolong siapapun yang perlu ditolong, menyelamatkan siapa saja yang perlu diselamatkan.
    Sedang dari mulut setiap muslim, hanya meluncur kalimat yang meneduhkan, menentramkan dan membuat hati siapapun merasa damai, karena jika tangan sudah menyelamatkan maka mulut setiap muslim hanya bertujuan menentramkan.
    Andai saja kita mau dan sanggup mewujudkan, maka keburukan hanya jadi sebuah kata yang tak pernah berwujud apapun. Sebab, tak ada korupsi, tak ada penjarahan, tak ada tawuran, tak ada permusuhan antar kampung dan permusuhan antar kelompok.
    Dan, tak ada yang merasa hebat, tak ada yang merasa paling benar, karena kehebatan dan kebenaran paling hakiki, hanya milik SANG MAHA PENCIPTA ALAM SEMESTA. ALLAH SUBHANALLAH TA'ALA
    Selamat menyambut Ramadhan dan mari kita bersama sama menyiapkan kemampuan untuk melaksanakan puasa dengan benar benar berpuasa, sehingga buah yang kemudian kita petik adalah akhlakul karimah.
    Semoga Rahmat dan Karunia-NYA senantiasa berlimpah
    

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "SELAMAT DATANG RAMADHAN"

Post a Comment