RELA MEMECAT DAN
IKHLAS DIPECAT
oleh : Wiarsih Asikin
KALAU saja mau dan
rela mendaftar, Komeng yakin, ia pasti dapat BLT. Terlebih, setelah dua tahun
silam di PHK, ia tak punya penghasilan dan posisinya layak disejajarkan sebagai
warga miskin. Tapi, Komeng tak mau memanfaatkan peluang mendapatkan BLT dengan
sebaik-baiknya. Bukan tak butuh duit. Ia hanya berfikir realistis. Dan ia ikhlas
berfikir seperti itu. Sebab, masih banyak warga yang lebih miskin, dan Komeng
sama sekali tak merasa jadi orang bodoh, ketika memutuskan tidak mendaftar dan
tidak mau menikmati BLT.
Sampai saat ini, Komeng tak pernah
menyesali kerealistisan pemikirannya
Terlebih, belakangan, ia sudah
kembali bekerja. Jabatannya, tentu saja bisa bikin ngiler tetangga. Soalnya, meski
kantornya berlokasi di kawasan anti banjir, jabatannya berlokasi di kawasan
basah. Menurut para pengamat korupsi, tempat basah adalah tempat yang paling
mudah digunakan untuk menumpuk harta.
Tentu saja Komeng membenarkan
pendapat yang menurutnya sangat cemerlang.
Buktinya, baru seminggu kerja
sebagai staf di bagian pengadaan barang, Komeng sudah diagendakan sebagai salah
seorang yang layak dan sangat patut untuk secepatnya didekati. Tak heran, jika
banyak yang ingin kenal dan ingin akrab dengan Komeng. Itu sebabnya, mulai
banyak yang mengajak Komeng bertemu di suatu tempat untuk makan siang bersama.
Bahkan, cukup banyak yang mengajak ketemu di lobi hotel bintang lima
Komeng tak pernah menolak ajakan
atau undangan yang secara khusus ditujukan kepadanya.
Buktinya, undangan seorang
pengusaha yang baru kenal beberapa hari, ia penuhi. Saat bertemu di lobi sebuah
hotel, kelar berbasa-basi, Komeng yang lantas ditanya soal rencana
perusahaannya yang katanya akan menambah dua puluh unit bus untuk meram bah
trayek baru, tak hanya langsung mengiyakan. Tapi, juga menjelaskan, kapan akan direalisasi, berapa plafon harga
per unit, apa tipe dan merk kendaraan yang dibutuhkan, dan sebagainya dan
sebagainya.
“Sebagai pimpro yang diberi kuasa
oleh perusahaan, saya ingin mengajak bapak untuk bekerja sama secara khusus.
Apakah bapak berkenan menerima tawaran saya,” kata sang Direktur PT Aduh Enyak
Aduh Babe, yang tentu saja sangat berharap bisa me raih peluang mendapatkan
proyek Pengadaan duapuluh unit bus full AC and full segale ade
“Waaah, tentu saja saya senang
menerimanya. Terlebih, sejak dulu, saya hobi be kerja sama dengan siapa saja, “
Komeng menjawab tanpa bermaksud lain, kecuali menjelaskan bahwa ia siap bekerja
sama dengan setiap mitra.
Seminggu berturut-turut Komeng yang
ditunjuk sebagai pimpro pengadaan ba rang dengan item, dua puluh unit bus,
berplafon semilyar setengah per bus, memenuhi undangan pengusaha, yang
rata-rata ingin mendapatkan proyek yang ditangani langsung oleh Komeng.
“Mestinya, kenal sama pengusaha
bonafide, abang bangga. Bukan malah pusing kayak begini,” semprot isteri
Komeng, yang malah kesal karena gara
gara lakinya yang pusing, dirinya yang harus mengompres agar demam-panas suaminya
mereda.
“Say..abang pusing dan jadi demam
tinggi begini karena…”
Karena Komeng tidak memilih
melanjutkan kalimatnya dan malah mendadak di am tanpa memberi isyarat, sang
isteri jadi penasaran. Ia menduga, suaminya demam panas bukan karma bakteri
atau perubahan cuaca. Juga bukan disebabkan oleh faktor menurunnya daya tahan
tubuh.
“ Karena apa bang? Tuntaskan, dong,
kalimat kok diberintiin. Kayak sopir nyang kagok dicegat razia liar aje “ Desak
isterinya.
Komeng menghela nafas. Ia menatap kedua mata isterinya yang indah dan
penuh pesona, serta penuh dengan berbagai keinginan yang kalau tidak
diantisipasi, boleh jadi ingin punya kapal terbang dan ingin menguasai samudra
Hindia.
Karena Komeng tak cuma melihat mata
indah dan penuh pesona di mata isterinya, Komeng malah tak menyahut. Ia yakin,
jika ia meneruskan kalimatnya, hal lain yang ia lihat di mata isterinya -- penuh dengan berbagai keinginan, akan
langsung menggugat. Untuk itu, Komeng hanya tersenyum. Usai tersenyum, ia
memejamkan mata.
“Bang…” isterinya langsung
menggoyang tubuh suaminya.
“Jangan tidur dulu, bang. Tolong
selesaikan kalimat abang? Abang jangan malah bikin saya penasaran, bang ?”
Komeng malah memilih, membiarkan
isterinya terus mengguncang-guncang tu buhnya sampai bosan, dan akhirnya ia
terlelap sampai Subuh. Mengapa? Jika dijelaskan, ia yakin, isterinya yang penuh
dengan berbagai keinginan, boleh jadi akan memaksanya untuk memelorotkan
idealismenya.
Bersambung……..
Belum ada tanggapan untuk "KISAH SI KOMENG (1)"
Post a Comment