KISAH SI KOMENG (1)

RELA MEMECAT DAN IKHLAS DIPECAT
oleh : Wiarsih Asikin




            KALAU saja mau dan rela mendaftar, Komeng yakin, ia pasti dapat BLT. Terlebih, setelah dua tahun silam di PHK, ia tak punya penghasilan dan posisinya layak disejajarkan sebagai warga miskin. Tapi, Komeng tak mau memanfaatkan peluang mendapatkan BLT dengan sebaik-baiknya. Bukan tak butuh duit. Ia hanya berfikir realistis. Dan ia ikhlas berfikir seperti itu. Sebab, masih banyak warga yang lebih miskin, dan Komeng sama sekali tak merasa jadi orang bodoh, ketika memutuskan tidak mendaftar dan tidak mau menikmati BLT.
            Sampai saat ini, Komeng tak pernah menyesali kerealistisan pemikirannya
            Terlebih, belakangan, ia sudah kembali bekerja. Jabatannya, tentu saja bisa bikin ngiler tetangga. Soalnya, meski kantornya berlokasi di kawasan anti banjir, jabatannya berlokasi di kawasan basah. Menurut para pengamat korupsi, tempat basah adalah tempat yang paling mudah digunakan untuk menumpuk harta.
            Tentu saja Komeng membenarkan pendapat yang menurutnya sangat cemerlang.
         Buktinya, baru seminggu kerja sebagai staf di bagian pengadaan barang, Komeng sudah diagendakan sebagai salah seorang yang layak dan sangat patut untuk secepatnya didekati. Tak heran, jika banyak yang ingin kenal dan ingin akrab dengan Komeng. Itu sebabnya, mulai banyak yang mengajak Komeng bertemu di suatu tempat untuk makan siang bersama. Bahkan, cukup banyak yang mengajak ketemu di lobi hotel bintang lima
            Komeng tak pernah menolak ajakan atau undangan yang secara khusus ditujukan kepadanya.
          Buktinya, undangan seorang pengusaha yang baru kenal beberapa hari, ia penuhi. Saat bertemu di lobi sebuah hotel, kelar berbasa-basi, Komeng yang lantas ditanya soal rencana perusahaannya yang katanya akan menambah dua puluh unit bus untuk meram bah trayek baru, tak hanya langsung mengiyakan. Tapi, juga menjelaskan,  kapan akan direalisasi, berapa plafon harga per unit, apa tipe dan merk kendaraan yang dibutuhkan, dan sebagainya dan sebagainya.
            “Sebagai pimpro yang diberi kuasa oleh perusahaan, saya ingin mengajak bapak untuk bekerja sama secara khusus. Apakah bapak berkenan menerima tawaran saya,” kata sang Direktur PT Aduh Enyak Aduh Babe, yang tentu saja sangat berharap bisa me raih peluang mendapatkan proyek Pengadaan duapuluh unit bus full AC and full segale ade
            “Waaah, tentu saja saya senang menerimanya. Terlebih, sejak dulu, saya hobi be kerja sama dengan siapa saja, “ Komeng menjawab tanpa bermaksud lain, kecuali menjelaskan bahwa ia siap bekerja sama dengan setiap mitra.
            Seminggu berturut-turut Komeng yang ditunjuk sebagai pimpro pengadaan ba rang dengan item, dua puluh unit bus, berplafon semilyar setengah per bus, memenuhi undangan pengusaha, yang rata-rata ingin mendapatkan proyek yang ditangani langsung oleh Komeng.
            “Mestinya, kenal sama pengusaha bonafide, abang bangga. Bukan malah pusing kayak begini,” semprot isteri Komeng, yang malah  kesal karena gara gara lakinya yang pusing, dirinya yang  harus mengompres agar demam-panas suaminya mereda.
             “Say..abang pusing dan jadi demam tinggi begini karena…”
             Karena Komeng tidak memilih melanjutkan kalimatnya dan malah mendadak di am tanpa memberi isyarat, sang isteri jadi penasaran. Ia menduga, suaminya demam panas bukan karma bakteri atau perubahan cuaca. Juga bukan disebabkan oleh faktor menurunnya daya tahan tubuh.
            “ Karena apa bang? Tuntaskan, dong, kalimat kok diberintiin. Kayak sopir nyang kagok dicegat razia liar aje “ Desak isterinya.
            Komeng menghela nafas. Ia  menatap kedua mata isterinya yang indah dan penuh pesona, serta penuh dengan berbagai keinginan yang kalau tidak diantisipasi, boleh jadi ingin punya kapal terbang dan ingin menguasai samudra Hindia.
            Karena Komeng tak cuma melihat mata indah dan penuh pesona di mata isterinya, Komeng malah tak menyahut. Ia yakin, jika ia meneruskan kalimatnya, hal lain yang ia lihat di mata isterinya --  penuh dengan berbagai keinginan, akan langsung menggugat. Untuk itu, Komeng hanya tersenyum. Usai tersenyum, ia memejamkan mata.
            “Bang…” isterinya langsung menggoyang tubuh suaminya.
            “Jangan tidur dulu, bang. Tolong selesaikan kalimat abang? Abang jangan malah bikin saya penasaran, bang ?”
            Komeng malah memilih, membiarkan isterinya terus mengguncang-guncang tu buhnya sampai bosan, dan akhirnya ia terlelap sampai Subuh. Mengapa? Jika dijelaskan, ia yakin, isterinya yang penuh dengan berbagai keinginan, boleh jadi akan memaksanya untuk memelorotkan idealismenya.



Bersambung……..




Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "KISAH SI KOMENG (1)"

Post a Comment