KISAH SI KOMENG (2)

RELA MEMECAT DAN IKHLAS DIPECAT
oleh : Wiarsih Asikin





            Jika hal itu yang terjadi dan ia tak mampu menjinakkan isterinya, Komeng yakin, idealismenya akan runtuh. Soalnya, masing-masing boss yang mengundang Komeng meeting di lobi hotel mewah, keesokan harinya  langsung berlomba lomba untuk meng gendutkan rekening milik Komeng yang tersimpan di Bank Miun Sadeli & Corp.
            Itu sebabnya, Komeng yang jadi menderita demam panas, tak ingin membuka rahasia kenapa ia bisa terjangkit demam panas, kepada isterinya.           
            Esoknya, pagi-pagi sekali, Komeng menelpon ke kantor dan ijin dinas luar lang sung, dengan alasan akan melobi para rekanan agar mereka bersedia bekerja dengan sebaik baiknya. Setelah itu, Komeng meluncur ke kantor Bank Miun Sadeli & Corp. Ia menanyakan kepada petugas bank, apakah bisa menarik semua uang transferan yang ma suk ke rekeningnya atau tidak.
            Komeng lega. Ia diijinkan melaksanakan niatnya. Setelah bersusah payah menghi tung jumlah uang dari masing-masing klien dan memasukkan uang transferan ke sekian amplop, Komeng langsung meluncur ke kantor kliennya.Yang pertama dikunjungi, kantor kliennya  yang lokasinya dekat dengan lokasi bank.  Begitu seterusnya. Setelah berbasa basi, Komeng yang disambut mesra, menjelaskan maksud kedatangannya dan menyerahkan amplop berisi uang yang sebelumnya ditransfer ke rekeningnya.
           Esoknya, Komeng minta waktu kepada Boss, karena dia sangat ingin bicara
           “Jadi..kemarin kamu izin hanya untuk mengembalikan dana yang telah ditransfer langsung ke rekening kamu ?” Tanya Boss Komeng, yang kelihatan sangat super kaget dan karena kaget itulah, jidat sang boss sampai mengkerut.
           Komeng tak hanya mengiyakan. Ia juga bilang kepada boss, jika tindakannya salah, siap diberi sanksi paling berat.
           “ Saya rela dipecat, kok, boss ,” ungkap Komeng
           “Apa kamu bilang?” Boss bereaksi, bukan girang lantaran Komeng siap minta dipecat, tapi malah marah
           “Dengar, yaa, kalau hari ini saya memecat kamu, sama artinya saya mendukung teman atau karyawan saya korupsi. Ngerti ?”
           Komeng lega.
           Ia bersyukur karena tindakannya tidak membuatnya kehilangan pekerjaan. Untuk itu, sesampai di rumah, Komeng baru berani menjelaskan ke isterinya mengapa semalam dia demam panas dan sekarang sudah segar kembali, seperti sediakala
            Komeng mengira, isterinya akan meraih tubunya. Memeluk erat dan memberinya hadiah sebuah kecupan mesra, pertanda bangga karena suaminya sudah membuktikan dirinya adalah manusia Indonesia yang jujur.
            Nyatanya? Setelah mendengar penjelasan suaminya, sang isteri langsung meraih sapu. Dengan emosi yang super tinggi, ia layangkan pukulkan sapu di tangannya ke tubuh Komeng. Meski sebenarnya Komeng bisa menghindar dengan cara lari atau menangkap gagang sapu di tangan isterinya, tapi Komeng memilih diam dan membiarkan tubuhnya terpukul sapu.
           “ Lhoo kok mukulnya berhenti? Memangnya sudah puas apa malah kecapean?” Tanya Komeng sembari nahan rasa nyeri di tubuhnya.
           “ Abang memang keterlaluan. Punya kesempatan bukan digunakan malah dibuang buang. Jangan sok suci, bang… perut tuh nggak boleh lapar dan semua urusan jadi mampet kalo kita nggak punya uang,” ujar isterinya yang kelihatan capek karena habis memukulkan sapu di tangannya.
           “ Jadi, kamu tidak suka dengan sikap dan tindakan abang?” Tanya Komeng yang berharap isterinya menyesali sikapnya yang malah kesal dan emosi katrena prinsipnya tidak sejalan dengan suami
            “ Isteri mana yang suka kalau punya suami sok idealis, sok jujur dan nggak hidup realistis,” sahut sang isteri.
            Komeng nggak menyahut. Dia masuk ke dalam kamar. Tak lama dia kembali dengan koper. Ketika isterinya ternganga, Komeng malah mengatakan ucapan perpisahan
            ”Karena kita sudah tidak sejalan, aku ikhlas menyerahkan rumah ini untuk kamu, aku rela meninggalkan kamu, dan aku rela tidak lagi berdampingan dengan kamu, karena aku harus tetap menjaga idealism, menjaga akhlak dan menegaskan yang hak itu hak dan yang batil itu, seindah apapun tetap batil,” begitu ujar Komeng yang kemudian mengucap salam dan meninggalkan isterinya.
            Isteri Komeng tercengang. Tak menyangka, jika suaminya sanggup melupakan kecantikan yang melekat di dirinya. Mampu memecat dirinya sendiri karena Komeng tak ingin yang namanya kecantikan, memelorotkan iman yang tiap saat harus selalu dijaga untuk ditingkatkan agar kualitasnya makin tajam


Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "KISAH SI KOMENG (2)"

Post a Comment